Rabu, 08 Agustus 2012

Membangun Bait Allah Dalam Tiga Hari

YOHANES 2 : 13 – 22
Saudara yang kekasih,
Seorang anak, sebut saja : Ryan, dua tahun, punya adik. Suatu malam Ryan terbangun karena mendengar adiknya menangis kencang sekali dan lama sekali baru tenang. Dia merasa terganggu sekali, apalagi ia tidak dapat menyembunyikan dirinya bahwa ia iri, jeoules dengan kehadiran adiknya ini.
Dalam kantuk dan jengkelnya Ryan bertanya pada ibunya yang juga setengah mengantuk :” Dari mana sich adik datang ?” Sang ibu menjawab ,” Dari surga Ryan !”
Ryan kemudian berkata :” Ohh…sekarang aku tahu mengapa dia diturunkan dari surge! Banyak nangisnya sich …..”
Mungkin ini hanya humor saja, hanya cerita saja. Namun point dari cerita itu adalah bahwa sesuatu yang baru tidak selalu diterima sebagai sesuatu yang menyenangkan, namun juga gangguan dari apa yang sudah ada.
Enak mana sepatu lama, yang sudah butut dengan sepatu baru yang masih kinclong ? Pasti enak yang lama, enggan kita, kalau tidak terpaksa untuk menggantinya. Ogah kita menggantinya, kalau tidak malu karena mau ketemu besan atau walikota atau gubernur.
HP yang baru, ya memang lebih enak bagi yang menguasai cara cara pemakaian fungsi fungsi penggunaan, tapi untuk orang seperti saya, yang tahunya telephone dan sms, pasti HP baru, gadget terbaru yang efektif dan efisien malah mengganggu.
Padahal pergumulan menerima sesuatu yang baru itulah yang menjadi bagian dari hidup kita. Perubahan adalah realitas yang tak dapat ditolak, sebab menolak perubahan berarti menolak realitas. Tak ada yang tidak berubah. Maka satu satunya yang abadi adalah perubahan.
Saudara yang kekasih.
 
  Saya bangga dan senang dengan semangat yang dipompakan oleh banyak orang bahwa kita butuh perubahan. Saya bahagia mendengar hal ini. Namun pertanyaan yang menggelitik saya adalah :” apa benar kita mau berubah dan siap berubah dan diubah, serta mengubah diri ?” Kenapa saudara ? Karena ketika perubahan itu benar benar kita inginkan, itu berarti kita harus siap membongkar, mengganti hal hal yang stagnan, perkara perkara lama bahkan kesalahan kesalahan yang kita perlakukan dengan baik !!
Tuhan Yesus mengingatkan kita, ada syarat yang harus kita penuhi bila kita ingin ada perubahan :
“Tidak seorangpun mengisikan anggur yang baru ke dalam kantong kulit yang tua, karena jika demikian anggur itu akan mengoyakan kantong itu, sehingga anggur itu dan kantongnya dua duanya terbuang. Tetapi anggur yang baru hendaknya disimpan dalam kantong yang baru pula “ ( MARKUS 2 : 22 )

    Perubahan itu benar benar butuh kerelaan untuk mengosongkan “anggur lama” dan mengganti dengan “anggur baru”. Dan yang sulit ternyata, bila kita “cinta mati” dengan “anggur lama” : dengan kebiasaan kebiasaan lama, yang sudah menjadi kebiasaan kita bahkan dijadikan sebagai dogma suci yang “enggan” kita sentuh. Apalagi bila perubahan itu menuju ke arah yang tidak kita inginkan, tidak sesuai dengan selera kita, tidak cocok dengan obsesi kita.
    Apa yang terjadi ? Kaget, kecewa ? Pasti.
Ini terjadi pada Ibu Kaku, sebut saja begitu, seorang aktifitas gereja yang begitu aktif dalam berbagai kegiatan. Dia rindu adanya perubahan. Apalagi gerejanya menurut pengertiannya itu : gereja tua, gereja kuno, gereja kurang jelas. Alangkah senangnya, tatkala gereja itu memanggil pendeta muda usia, energik dan banyak ide ide baru muncul.
    Pada mulanya dia bersorak sorak gembira, Ibu Kaku ini mulai mengkalkulasikan semua hal di dalam gereja. Pasti akan terjadi perubahan besar di dalam gereja, ada gerakan yang mendobrak semua kemapanan yang ada, akan ada refromasi disegala bidang.
    Memang benar, ada perubahan perubahan yang luar biasa, dalam banyak hal. Namun ini, malah membuat Ibu Kaku jadi tegang, tambah baku dan beku.  Karena apa ? Ternyata, perubahan itu terjadi namun tidak kearah seperti yang dia bayangkan, tidak menuju kearah seperti yang dia inginkan, tidak sesuai dengan seleranya. Dia ingin gerejanya seperti gereja A, namun perubahan yang terjadi dalam gerejanya tidak kearah A tapi tetap menjadi dirinya sendiri, cuma sekarang mendalami, memperjelas apa yang sudah biasa dilakukan dengan berbagai aktifitasnya.
    Dia kecewa berat. Maka mulailah kasak kusuk dia lakukan.”payah!” katanya. Ini tidak sehat, katanya.sayangnya, ini tidak pernah di share-kan dengan pendetanya namun yang dilakukan adalah dengan cari teman. Dan mulai memboikot kegiatan gereja, teman temannya diajak tidak mengikutinya. Waladala! Ibu Kaku!
     Persekutuan yang dulunya manis jadi tegang Padahal apa yang terjadi ? ternyata orang getol merindukan perubahan ini sesungguhnya tidak siap berubah, dia hanya siap bila gereja menjadi seperti yang dia inginkan, bukan seperti yang seharusnya sebagai gereja.
    Karena itu, bila ada orang antusias menginginkan perubahan, maka pertanyaannya adalah apakah ia siap berubah. Perubahan : Harus dimulai dari diri kita, dr hal hal kecil dan dr yang paling mudah dan tentu saja dari sekarang juga.
 “anggur yang baru, harus berada di kantong yang baru “ sebab bila “anggurnya baru” tapi kantongnya “lama” maka potensi koyak akan besar.
Kalau kita ingin ada perubahan, maka kita harus siap, jangan tidak siap. Siap dengan kantong baru, siap dengan perubahan itu sendiri. Mungkin perubahan bergerak kearah yang tidak kita inginkan, tapi beri kesempatan supaya kita saling mengisi dan mendukung.
Menarik bahwa kisah penyucian Bait Allah oleh Tuhan Yesus, t4Nya diletakkan diantara kisah perkawinan di Kana dan perjumpaan Yesus dengan perempuan Samaria dan Nikodemus.
Apa yang menarik ?
Sebelum menyucikan Bait Suci, Yesus mengubah air dalam tempayan, yang seharusnya digunakan untuk mencuci tangan dan kaki para tamu itu, diubah menjadi anggur : anggur yang menjadi symbol suka cita, sekaligus menegaskan bahwa mereka tidak perlu membasuh tangan dan kaki sesuai ritual Yahudi untuk layak berdiri dihadapanNya, sebab Sang Mesias sudah ada ditengah tengah mereka.
Kehadiran Yesus membuat mereka meninggalkan era lama ( ritual pembasuhan tangan dan kaki) dan memasuki era baru, yang penuh suka cita yang dilambangkan dengan anggur. Sang Xtus membawa era baru, suatu perubahan tatanan, anggur lama, ke tatanan, era baru.
Perikop sesudah penyucian Bait Suci, yaitu percakapan dengan Nikodemus dan Wanita Samaria, juga sama bahwa seseorang ingin menyambut Kerajaan Allah, era baru, maka “ia harus lahir baru “ ( Yoh 3:3 ), demikian juga dalam percakapan dengan perempuan Samaria, ada kontras ditegaskan oleh Yesus” tetapi saatnya akan dating dan sudah tiba sekarang bahwa penyembah penyembah benar akan menyembah dalam roh dan kebenaran….( Yoh 4 : 23 ).
Pesan apa yang mau disampaikan oleh Yesus dalam penyucian bait Allah ini ? Tentu bukan hanya prilaku koruptif yang terjadi halaman Bait Allah, yang melihat kolusi penguasa agama dan pengusaha yang melambungkan harga binatang hingga berlipat kali dan pencarian keuntungan dengan sistim penukaran uang yang kesemuanya merugikan umat. Prilaku ini adalah bagian dari era lama, yaitu menggunakan nama Tuhan untuk mencari keuntungan materi dengan cara yang kotor.
Yesus menegaskan “Rombak Bait Allah ini dan dalam tiga hari Aku akan mendirikannya kembali” ( Yoh 2 : 19 ). Orang orang dari era lama tidak mengerti akan era baru dari kata kata Yesus. Mereka bertanya “ 46 tahun orang mendirikan Bait Allah ini dan Engkau dapat membangunnya dalam tiga hari ?”
Mereka tidak mengerti, pesan Yesus, karena mereka menggunakan “kantong kulit yang tua” dan belum siap menggunakan “kantong anggur baru”, belum siap untuk diperbarui. Karena biasa dan enak pakai sepatu yang lama, kebiasaan yang lama.
Padahal Yesus bicara soal “TubuhNya’ yang dikorbankan bagi banyak orang. Melalui “TUBUHNYA” Yesus membawa era baru dalam relasi Allah dan manusia. Allah tidak lagi diam di dalam BaitNya, tapi Allah diam di dalam umatNya, “tubuh kita” menjadi “Bait Allah”, ini semua terjadi melalui pengorbanan Xtus.
Paulus menegaskan fakta ini “….tidak tahukah u bahwa tubuhmu adalah Bait Roh Kudus yang diam di dalam u, Roh Kudus yang u peroleh dari Allah dan bahwa u bukan milik u sendiri “ ( I Kor 6: 19).
Luar biasa !
Era lama, Allah berada di dalam Bait Allah, era baru Allah berada di dalam diri kita.
Asal kita mau mengosongkan diri kita dari kecenderungan diri dan manusiawi kita, asal kita mau dibimbing sepenuh penuhNya oleh Dia, maka Dia akan masuk dan diam di dalam diri kita.
Amin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar